Minggu, 17 April 2022

Berhenti Menyalahkan Segalanya


“Tindakan menyalahkan hanya akan membuang waktu. Sebesar apapun kesalahan yang Anda timpakan ke orang lain, dan sebesar apapun Anda menyalahkannya, hal tersebut tidak akan mengubah Anda” - Wayne Dyer

“All blame is a waste of time. No matter how much fault you find with another, and regardless of how much you blame him,  it will not change you” - Wayne Dyer

Tip: Sikap menyalahkan orang lain atau sesuatu yang berada di luar kontrol kita adalah sikap yang dapat menghentikan laju kesuksesan kita. Fokus menerima masalah yang Ada, berhenti menyalahkan orang lain karena itu tidak akan mengubah diri Anda menjadi pribadi yang lebih baik. Menurut Wayne Dyer, usaha mencari pembenaran dalam kehidupan ini adalah sia-sia belaka. Coba berkomitmen untuk mengambil tanggung jawab penuh pada hidup Anda dan hadapi setiap masalah yang ada dengan percaya diri.

Senin, 04 April 2022

Motivasi Hidup

Artikel Singkat Tentang Motivasi Hidup


        Sumber : Rumahkomunitas.com

   Dalam sisi tertetu kehidupan adalah suatu arena pertarungan ( perjuangan ) agar dapat merebut kebahagiaan dalam berbagai macam wujud. Ketika kita bisa menjadi pribadi yang kuat dan pantang menyerah juga tangguh  maka kemenangan itu pasti akan mejadi milik kita.

   Memang didalam kehidupan ini tak ada yang tidak membutuhkan pengorbanan dan perjuangan baik itu yang buruk bahkan yang baik sekalipun selalu membutuhkan keduanya yakni perjuangan dan pengorbanan. Sejatinya hidup adalah mengajarkan kita bagaimana agar kita bisa menjadi pribadi yang tangguh karena ketangguhan yang kita miliki akan membuka jalan dan kesempatan kita untuk meraih sesuatu yang kita inginkan dan juga sesuatu yang bernilai. 

       butuh perjuangan, tak ada yang instan didapatkan begitu saja seperti mudahnya kita membolak balikkan telapak tangan kita sendiri, namun tidak ada perjuangan yang tidak menuai hasil dan pasti akan kita dapatkan yang lebih baik jika kita mau melakukan yang terbaik. Segalanya harus selalu kita perjuangkan terlebih dahulu, ketika jatuh maka kita harus bangkit kembali untuk kembali untuk berjuang lagi, melangkah dan terus melangkah tanpa kenal lelah.

       seorang manusia, kita selalu ingin memiliki apa yang kita inginkan untuk dimiliki, ingatlah bahwa melakukan yang terbaik bukanlah sesuatu yang diluar kapasitas kita dan cobalah untuk terus berjuang maka segala keinginan itu akan tercapai dan akan menjadi lebih baik di atas niat yang baik pula dan yang pasti disertai doa dan sujud kepada sang pencipta karena tak ada yang kita lakukan didunia ini tanpa kehendaknya, ingatlah bahwa manusia hanyalah berencana dan Tuhanlah yang menciptakan nya (mengabulkannya).

Semoga bermanfaat...


Selasa, 19 Desember 2017

Sebelum Memulai Bisnis Waralaba, Pahami Aturan Mainnya



IlmuKita.com - Membeli bisnis waralaba (franchise) sering menjadi pilihan karena lebih mudah. Asosiasi Franchise Indonesia (API) setidaknya mencatat beberapa alasan mengapa harus memilih bisnis waralaba. Pertama,  lebih cepat memulai bisnis.

Jadi, kamu tak perlu membuat proposal bisnis dan strategi pemasaran karena bisnis siap jalan. Kedua, kamu tak perlu memiliki rekan kerja profesional karena mereka siap menjadi rekanmu. Selanjutnya, kamu tak perlu kampanye untuk mengenalkan merek (brand).

Karena, sebagian besar waralaba sudah punya reputasi secara merek. Waralaba juga dipilih karena memiliki media promosi gratis sehingga dapat menjalankan bisnis dengan mudah. Hal-hal tersebut membuat waralaba makin menjamur di Indonesia.

Bila kamu tertarik, sebelum memulainya, perhatikan kiat usaha waralaba ini seperti dilansir liputan6.

Cari Waralaba yang Mudah Dioperasikan

Jika baru mulai, sebaiknya cari waralaba yang mudah dan praktis dijalankan. Misalnya, bila kamu ingin bisnis waralaba makanan. Daripada berjualan soto ayam atau sejenisnya, akan lebih baik memilih berjualan kebab, burger atau makanan dan minuman siap saji lain bagi permulaan.

Waralaba dengan operasional yang sederhana juga bisa dimulai dengan modal yang lebih terjangkau. Bila masih pemula, mulai bisnis dengan modal kecil terlebih dahulu. Ketika sudah mulai menguasai dan stabil, tambah modal dan skala usaha agar menjadi lebih besar.

Cari Waralaba yang Banyak dikonsumsi Masyarakat

Tak sulit mencari produk yang punya pangsa pasar kelas menengah ke bawah. Pilih produk kategori ini karena potensi pasarnya besar. Produk dengan harga terjangkau biasanya lebih digemari dibanding produk dengan segmen menengah ke atas.

Pilih Waralaba dengan Reputasi Baik

Sebelum memilih waralaba, cari tahu terlebih dahulu seperti apa citra perusahaan tersebut di mata konsumen. Periksa apakah perusahaan tersebut pernah terlibat masalah atau tidak. Untuk memeriksanya, kamu bisa cek dari kepemilikan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW).

Surat tersebut dikeluarkan Kementerian Perdagangan RI. Jadi, bisnis yang dijalankan waralaba tersebut memang menguntungkan dan bertanggungjawab.

Pahami Ketentuan Fee, Royalti dan Sistem Waralaba

Agar tidak merasa dirugikan di kemudian hari, sebaiknya pelajari ketentuan fee, royalti dan sistem waralabanya. Tanyakan sejauh apa kemungkinan sistem akan berubah di kemudian hari. Misalnya, besar royalti ditentukan 30% saat membeli waralaba.

Namun, di kemudian hari, mereka menaikkannya menjadi 40%. Sebagai mitra, kamu tentu akan dirugikan oleh keputusan semacam ini.

Siap berbisnis?

sumber: smart-money.co

Minggu, 22 Oktober 2017

Dosen Harvard Bongkar Rahasia Sukses Gates dan Zuckerberg Pendiri Microsoft dan Facebook


Ilmukita.com - Apa persamaan dari Bill Gates dan Mark Zuckerberg? Selain sama-sama menyandang status sebagai miliarder, dua pria ini merupakan mahasiswa drop out dari kampus mentereng dunia, Harvard.

Keduanya juga mampu menemukan ide bisnis dari balik dinding asrama mahasiswa yang merupakan cikal bakal dua perusahaan teknologi terkaya dunia.

Sukses yang direguk Bill Gates dan Mark Zuckerberg bukanlah tanpa permulaan. Dosen Harvard yang juga mantan pengajar Gates dan Zuckerberg, Harry Lewis, membeberkan rahasia sukses dua miliarder ini kala kuliah.

Harry Lewis merupakan profesor di bidang matematika dan ilmu komputer. Seperti disadur dari Forbes, Sabtu (21/10/2017), ia mengajar Bill Gates yang masih duduk di bangku kuliah pada 1976, pula menjadi dosen Mark Zuckerberg di tahun 2002.

Lewis ingat betul, saat Bill Gates masih menyandang status sebagai mahasiswa, miliarder satu ini rela tidak tidur untuk menemukan solusi baru untuk program komputer yang ia ajar. Zuckerberg juga pernah meminta izin Lewis untuk memakai namanya dalam sebuah situs jaringan sosial yang ia buat.

Ada satu pengalaman yang membekas di ingatan Lewis tentang Bill Gates. Ia pernah memberikan tes matematika sulit yang harus dipecahkan seluruh mahasiswa di kelasnya. Sayang, saat jam perkuliahan berakhir, tak ada satu pun mahasiswa di kelas yang berhasil memecahkan soal matematika tersebut.

Keesokan harinya, Bill Gates muda datang ke ruangan Lewis untuk memberikan jawaban dari soal matematika yang dilemparkannya kemarin. Meski jawaban yang diberikan Gates tidak spektakuler, Lewis mengaku jawaban Bill Gates sedikit lebih baik dibanding cara penyelesaian yang biasa dipakai mahasiswa lain.

Lewis juga mengapresiasi Gates yang rela begadang untuk mendapat jawaban tersebut meski saat itu ia sudah berhasil membangun prototipe Microsoft bersama rekannya, Paul Allen.

Lain Bill Gates, lain pula Mark Zuckerberg. Kemampuan akademis Zuckerberg memang tidak terlalu diingat oleh Lewis. Tapi, mahasiswa satu ini memang pernah meminta izin Lewis untuk menggunakan namanya dalam membangun sebuah situs jaringan sosial.

Situs tersebut Zuckerberg namakan Six Degrees to Harry Lewis. Tak beberapa lama, situs itu ternyata menjadi cikal bakal The Facebook yang Zuckerberg luncurkan pada 2004.

Profesor Harvard ini percaya kesuksesan yang diraih Gates dan Zuckerberg bukanlah sebuah kebetulan. Dua miliarder ini dinilai punya kemampuan yang jarang dimiliki orang lain.

"Gates dan Zuckerberg sama-sama mampu memberikan fokusnya pada sesuatu yang dipandang sebelah mata oleh orang-orang," ungkap Lewis.

Dosen Harvard ini juga tidak setuju banyak orang yang mengasosiakan kesuksesan Gates dan Zuckerberg bisa diraih tanpa harus masuk ke perguruan tinggi.

"Orang suka mengatakan, 'Oh, ini membuktikan bahwa Anda tidak memerlukan pendidikan tinggi', padahal tidak seperti itu. Gates dan Zuckerberg sama-sama melewati pendidikan menengah (SMA) terbaik. Keduanya berpendidikan sangat baik sebelum menginjakkan kaki di kampus Harvard," tutupnya.

sumber : Liputan6.com

Jumat, 20 Oktober 2017

Dari Petugas Kebersihan hingga Menjadi CEO


ilmukita.com - Tak rumus untuk menjadi sukses. Tak ada pula yang tahu akan menjadi apa seseorang di masa depan. Seperti halnya tak ada yang menyangka bahwa Tony Robbins bisa menjadi seorang CEO dan mendapat US$1 juta pertamanya di usia 24 tahun.

Robbins kini berusia 57 tahun itu kini menjadi seorang pendiri dan CEO di beberapa perusahaan dengan pendapatan lebih dari US$5 miliar. Namun, mungkin kisah ketika ia hidup susah belum banyak yang tahu.

Robbins mengaku bahwa ia memulai karier sebagai petugas kebersihan. Pekerjaan itu memberi banyak kebebasan, katanya. "Saya mengambil pekerjaan itu bukan karena saya, tapi karena saya dapat mengerjakan pekerjaan itu dari jam 10 pagi sampai 2 siang," katanya dikutip CNBC.

Secara pekerjaan, Robbins memang tak mendapat bayaran lain selain upah untuk membersihkan ruangan. Namun, ia mendapat banyak waktu. "Saya jadi punya waktu lebih untuk berpikir dan berbicara dengan diri sendiri," tambahnya.

Di pekerjaan pertama ini, Robbins hanya mendapat bayaran US$40 per minggu. Namun, sambil bekerja, ia sembari menyiapkan diri untuk membuka usaha. Di masa ini, Robbins mengaku bahwa disiplin memegang peran penting.

"Ketika memulai karier atau masuk dunia bisnis, pilih pekerjaan yang mengajarkan disiplin diri. Disiplin diri akan memberi banyak peluang baru dalam hidup dan karier di masa depan," katanya.

sumber: smartmoney.co

Rabu, 18 Oktober 2017

Di Indonesia, Dua Pekerjaan Ini Punya Prospek Cerah


ilmukita.com - Buat kamu yang sudah lulus bingung mencari pekerjaan pertama, tak usah khawatir. Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan bahwa, saat ini pekerjaan-pekerjaan yang masih ada hubungannya dengan teknologi akan memiliki peluang cemerlang.

"Pekerjaan terkait arsitek teknologi informatika dan pekerjaan yang terkait kreatifitas," sebut dia. Kedua pekerjaan itu, menurut Jonan memiliki potensi besar untuk tumbuh dan berkembang di Indonesia. Jonan juga memberikan kiat untuk mempersiapkan diri menghadapi perubahan.

“Selalu lakukan aktualisasi diri, eksplorasi, perbarui kemampuan serta keterampilan diri,” katanya. Bagi Jonan, digitalisasi adalah hal wajib bagi semua pihak, termasuk kamu yang masih muda dan memiliki banyak kesempatan dalam karier.

"Kalian kuliah lima tahun. Setelah lulus, apa yang kalian pelajari dari buku sudah ketinggalan zaman. Karenanya, kalian harus terus mengikuti perkembangan dan apa yang sedang terjadi saat ini," kata Jonan berbicara di BCA Indonesia Knowledge Forum 2017.

Selama lima tahun, teknologi sudah berkembang jauh. Karena itu, Jonan mengingatkan, bila kamu tak mau memperbarui kemampuan dan keterampilan, kamu bisa tergilas perkembangan zaman.

Minggu, 09 Juli 2017

Kata Yang Menakutkan Itu Adalah "Kapan ?"



Indahnya Berbagi - Kata ini menjadi salah satu momok yang paling tidak ingin didengar oleh banyak orang, bahkan bagi sebagian orang kapan adalah kata yang menakutkan. Meski tidak semuanya, namun setidaknya sebagian besar dari kita, barangkali kamu juga menjadi salah satu merasakannya.

Rentetan kata kapan ini terasa tidak ada habisnya, bahkan meski kita telah melakukan berbagai kapan yang kita dengar sebelumnya, namun akan selalu ada kapan berikutnya. Begitu terus, dan seolah tak pernah habis untuk didengar. Lalu, haruskah kita selalu merasa jengkel setiap kali mendengar kata kapan tersebut terlontar dari mulut seseorang yang ada di sekitar kita?

Saat kita begitu jengkel atau tidak menyukai suatu hal, maka reaksi paling alami dan sering kita lakukan adalah menghindarinya. Hal tersebut tentu sangat manusiawi, sebab tak seorangpun ingin berada di sebuah tempat yang salah, bukan?

Hal yang sama juga akan selalu kita lakukan untuk menghindari kata kapan yang mungkin saja telah terlalu sering kita dengar. Bukan hanya dari teman saja, namun kata ini bisa saja selalu terlontar dari mereka yang begitu dekat dengan kita, keluarga dan kerabat misalnya. Enggan dan tidak ingin selalu tersudut dengan pertanyaan yang sama dari mereka, maka kita akan seringkali menghindari untuk bertemu dengan mereka di dalam berbagai kesempatan.

Jika kita melakukan hal ini terlalu sering, maka lama kelamaan kita akan lebih berani dan memilih untuk tidak hanya sekedar menghindari kontak di sebuah pertemuan saja. Namun, bisa saja kita malah menjadi sangat jarang mendatangi sebuah acara, meski itu merupakan sebuah acara yang penting bagi keluarga. Kita akan mencari berbagai alasan untuk tidak menghadirinya, bahkan meski alasan tersebut juga terkadang terlalu mangada-ada, namun kita akan tetap melakukannya.

Berhentilah untuk melakukan hal-hal seperti ini, sebab kita akan banyak kehilangan momen berharga dengan orang-orang yang kita cintai. Bayangkan, bagaimana kecewanya seorang sepupu dekat yang tidak kita hadiri acara pernikahannya, atau bagaimana kecewanya salah seorang kerabat dekat kita yang sangat menantikan kehadiran kita di pesta ulang tahun putrinya. Orang-orang yang mengundang kita mungkin bukan yang sedang kita hindari, namun kerabat lainnya yang akan hadir di tempat yang sama pada acara tersebutlah yang sedang kita hindari. Lalu, apa salah mereka yang telah mengundang kita ke acara tersebut?

Jangan selalu berupaya kabur dari kenyataan, bahkan dengan selalu menghindari kata kapan yang telah begitu lekat pada pendengaran. Jika seseorang selalu menanyakan hal tersebut kepada kita, maka anggap saja itu sebagai sebuah bentuk perhatiannya atas apa yang sedang kita lalui dan alami saat ini. Tidak perlu tersinggung atau marah ketika mengahadapi berbagai pertanyaan ini, apalagi jika ternyata kita memang berada pada kondisi yang seperti itu adanya, misalnya: belum lulus hingga tahun ke delapan, atau bahkan belum memiliki pasangan di usia yang hampir menginjak empat puluhan.

Tanggapi saja semua pertanyaan tersebut dengan santai dan jangan lupa minta agar mereka mendoakan kita, terutama terkait dengan pertanyaan-pertanyaan yang belum terwujud tersebut. Jika mereka begitu memiliki waktu yang banyak untuk menanyakan hal tersebut setiap kali ada kesempatan, maka sangat mungkin mereka juga tidak akan keberatan untuk sekedar mendoakan kita di setiap kesempatan yang mereka punya, bukan?

Semoga bermanfaat...

Postingan Populer